LAPORAN LENGKAP
Nama : Fachriah Nur Rahmadani
Kelas/NIS : III
C / 114646
Kelompok : C1.2
Judul Penetapan : Penetapan
Kadar Karbohidrat Dalam Sampel Mie Instan
Hari \ Tanggal : Senin \ 09 Desember 2013
Dasar Prinsip : Prinsip
kerja cara ini adalah hidrolisis pati oleh asam menjadigula pereduksi. Pada
penetapan cara Luff, dipakai pereduksi garam Cu kompleks, dimana glukosa yang
bersifat pereduksi akan mereduksi Cu2+
menjadi Cu+ atau CuO direduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Kemudian
kelebihan CuO ditetapkan dengam cara iodometri. Dengan menetapkan blanko, maka
volume (ml) tio yang dibutuhkanuntuk menitar kelebihan Cu2+ dapat diketahui.
Selisih volume tioblanko-sample setara dengam jumlah mg glukosa yang terdapat
dalam sampel.
Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kadar karbohidrat suatu
sampel.
Reaksi
:
Landasan Teori :
Karbohidrat
terdiri dari bermacam-macam dan menurut ukuran molekul dapat dibagi dalam tiga
golongan, yaitu:
a. Monosakarida, karbohidrat yang
paling sederhana susunan molekulnya dan tidak diuraikan lagi. Golongan ini
yaitu glukosa dan fruktosa
b. Disakarida, karbohidrat yang
terdiri dari 2 molekul monosakarida. Golongan ini yaitu sukrosa, maltosa dan
laktosa
c. Polisakarida, karbohidrat yang
terdiri dari banyak molekul monosakarida. Golongan ini yaitu patim glikogen dan
selulosa.
Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan
suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan
oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam
tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O)
dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan
senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.
Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam
penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah sebagai sumber kalori atau
energi, sebagai bahan pemanis dan pengawet, sebagai bahan pengisi dan
pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan
sebagai sumber serat bagi makhluk hidup.
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh
manusia. Manusia memenuhi kebutuhan karbohidrat setiap harinya dari makanan
pokok yang dikonsumsi, seperti dari beras, jagung, sagu, ubi, dan lain
sebagainya. Akan tetapi bukan berarti karbohidrat hanya terdapat pada golongan
bahan makanan yang telah disebutkan di atas, pada golongan buah dan beberapa
jenis sayur dan kacang- kacangan juga terdapat kandungan karbohidrat meskipun
kandungannya tidak sebanyak golongan serealia dan umbi (Apriyanto, 1999).
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu
karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga
macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida,
polimer. Untuk dapat mengetahui kandungan karbohidrat dalam suatu bahan makanan
dapat dilakukan berbagai macam uji kuantitatif. Pada praktikum kali ini metode
analisa kuantitatif karbohidrat yang dilakukan adalah metode Luff
Schoorl.
Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu
senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen
(O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Karbohidrat
dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang
menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Karbohidrat yang
terasuk ke dalam kelompok yang dapat dicerna adalah glukosa, fruktosa, laktosa,
maltosa dan pati.
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang
tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati
merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan
glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia
juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang
penting (Hartati, 2002).
A.
Penentuan
Karbohidrat dengan Metode Luff Schoorl
Pengukuran
karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini
didasarkan pada reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2 Cu2+ à R-COOH + Cu2O
2 Cu2+ + 4 I- à Cu2I2 + I2
2 S2O32- + I2 à S4O62- + 2 I-
Monosakarida
akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut
dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang
digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk
dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi
terhadap iodium (I2) bebas dalam
larutan.
Apabila
terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit
asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Winarno
2007). I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks
iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu
titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik
ekivalen.Sukrosa tidak
memiliki sifat-sifat mereduksi, karena itu untuk menentukan kadar sukrosa harus
dilakukan inversi terlebih dahulu menjadi glukosa dan fruktosa.
Dalam hal ini kadar sukrosa harus diperhitungkan
dengan faktor 0,95 karena pada hidrolisis sukrosa berubah menjadi gula invert.
C12H22O11 + H2O → 2C6H12O6
Sukrosa gula
reduksi
Metode
Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang
berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff
Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat
kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran
yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur
Lae-Eynon (Anonim 2009).
Metode
Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang
konstan. Hal ini diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa
hasil pengukuran yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
B.
Peran biologis
Karbohidrat
·
Peran dalam
biosfer
Fotosintesis menyediakan makanan bagi hampir
seluruh kehidupan di bumi, baik secara langsung atau tidak langsung. Organisme autotrof seperti tumbuhan hijau, bakteri, dan alga fotosintetik memanfaatkan hasil
fotosintesis secara langsung. Sementara itu, hampir semua organisme heterotrof, termasuk manusia, benar-benar bergantung pada organisme autotrof
untuk mendapatkan makanan.
Pada
proses fotosintesis, karbon dioksida diubah menjadi karbohidrat yang
kemudian dapat digunakan untuk mensintesis materi organik lainnya. Karbohidrat
yang dihasilkan oleh fotosintesis ialah gula berkarbon tiga yang dinamai gliseraldehida
3-fosfat.menurut rozison
(2009) Senyawa ini merupakan bahan dasar senyawa-senyawa lain yang digunakan
langsung oleh organisme autotrof, misalnya glukosa, selulosa, dan amilum.
·
Peran sebagai
bahan bakar dan nutrisi
Kentang merupakan salah satu bahan
makanan yang mengandung banyak karbohidrat.Karbohidrat menyediakan kebutuhan
dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup. Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Misalnya, pada vertebrata, glukosa mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh
sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul
tersebut pada proses respirasi
seluler untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon
monosakarida juga berfungsi sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul
organik kecil lainnya, termasuk asam amino dan asam
lemak.
Sebagai nutrisi untuk manusia, 1 gram karbohidrat memiliki nilai
energi 4 Kalori. Dalam menu makanan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia, umumnya kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu
antara 70–80%. Bahan makanan sumber karbohidrat ini misalnya padi-padian atau serealia (gandum dan beras), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi
jalar), dan gula.
Namun
demikian, daya cerna tubuh manusia terhadap karbohidrat bermacam-macam
bergantung pada sumbernya, yaitu bervariasi antara 90%–98%. Serat menurunkan daya cerna
karbohidrat menjadi 85%.] Manusia tidak dapat mencerna
selulosa sehingga serat selulosa yang dikonsumsi manusia hanya lewat melalui saluran pencernaan dan keluar bersama feses. Serat-serat selulosa mengikis dinding saluran
pencernaan dan merangsangnya mengeluarkan lendir yang membantu makanan melewati
saluran pencernaan dengan lancar sehingga selulosa disebut sebagai bagian
penting dalam menu makanan yang sehat.
Contoh
makanan yang sangat kaya akan serat selulosa ialah buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan biji-bijian. Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga
berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh, berperan penting
dalam proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan
mengikat protein dan lemak.
·
Peran sebagai
cadangan energi
Beberapa
jenis polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang
nantinya akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel
ketika diperlukan. Pati merupakan suatu polisakarida
simpanan pada tumbuhan. Tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di
dalam organel plastid, termasuk kloroplas. Dengan mensintesis pati, tumbuhan dapat menimbun
kelebihan glukosa. Glukosa merupakan bahan bakar sel yang utama,
sehingga pati merupakan energi cadangan.
Sementara
itu, hewan menyimpan polisakarida yang disebut glikogen. Manusia dan vertebrata lainnya menyimpan glikogen
terutama dalam sel hati dan otot. Penguraian glikogen pada sel-sel ini akan
melepaskan glukosa ketika kebutuhan gula meningkat. Namun demikian, glikogen
tidak dapat diandalkan sebagai sumber energi hewan untuk jangka waktu lama.
Glikogen simpanan akan terkuras habis hanya dalam waktu sehari kecuali kalau
dipulihkan kembali dengan mengonsumsi makanan.
·
Peran sebagai
materi pembangun
Organisme
membangun materi-materi kuat dari polisakarida struktural. Misalnya, selulosa ialah komponen utama dinding
sel tumbuhan. Selulosa bersifat seperti serabut, liat, tidak larut di
dalam air, dan ditemukan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian
berkayu dari jaringan tumbuhan.[10] Kayu terutama terbuat dari selulosa dan polisakarida lain, misalnya hemiselulosa dan pektin. Sementara itu, kapas terbuat hampir seluruhnya dari
selulosa.
Polisakarida
struktural penting lainnya ialah kitin, karbohidrat yang menyusun kerangka luar
(eksoskeleton) arthropoda (serangga, laba-laba, crustacea, dan hewan-hewan lain sejenis). Kitin murni mirip
seperti kulit, tetapi akan mengeras ketika dilapisi kalsium karbonat. Kitin juga ditemukan pada dinding sel berbagai
jenis fungi.]
Sementara
itu, dinding sel bakteri terbuat dari struktur gabungan
karbohidrat polisakarida dengan peptida, disebut peptidoglikan. Dinding sel ini membentuk suatu kulit kaku dan
berpori membungkus sel yang memberi perlindungan fisik bagi membran sel yang lunak dan sitoplasma di dalam sel.
Karbohidrat
struktural lainnya yang juga merupakan molekul gabungan karbohidrat dengan
molekul lain ialah proteoglikan, glikoprotein, dan glikolipid. Proteoglikan maupun glikoprotein terdiri atas
karbohidrat dan protein, namun proteoglikan terdiri terutama atas
karbohidrat, sedangkan glikoprotein terdiri terutama atas protein. Proteoglikan
ditemukan misalnya pada perekat antarsel pada jaringan, tulang rawan, dan cairan sinovial yang melicinkan sendi otot. Sementara itu,
glikoprotein dan glikolipid (gabungan karbohidrat dan lipid) banyak ditemukan pada permukaan sel hewan.
Karbohidrat pada glikoprotein umumnya berupa oligosakarida dan dapat berfungsi
sebagai penanda sel. Misalnya, empat golongan
darah manusia pada sistem ABO (A, B, AB, dan O) mencerminkan keragaman
oligosakarida pada permukaan sel darah merah.
Gula
reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini
dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang
mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu
(II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa,
laktosa, maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada
tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip analisanya berdasarkan
pada monosakarida yang memiliki kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Adanya
polimerisasi monosakarida mempengaruhi sifat mereduksinya.
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karboohidrat
melalui penetapan kadar gula reduksi dengan metode Penentuan gula reduksi
dengan metode Luff-Schoorl ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap
tetapi dengan menentukan kuprooksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan
gula reduksi sesudah reaksi dengan sample gula reduksi yang dititrasi dengan
Na-Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. Reaksi yang terjadi
selama penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schoorl adalah mula-mula kuprooksida
yang ada dalam reagen akan membebaskan Iod dari garam KI. Banyaknya iod dapat
diketahui dengan titrasi menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa
titrasi sudah cukup maka diperlukan indicator amilum. Apabila larutan berubah
warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih banyaknya
titrasi blanko dan sample dan setelah disesuaikan dengan tabel yang
menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat dengan banyaknya gula reduksi
(Khopkar, 1999).
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu
karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga
macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida,
polimer. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2
yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
Pada dasarnya prinsip metode analisa
yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas
untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses
titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat
oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit
asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya
oksidator (Rivai, 2005).
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan
kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan
bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar
karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat
dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan
menggunakan prosedur Lae-Eynon.
Inversi sukrosa menghasilkan gula invert
atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses
inversi sehingga kehilangan gula akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker
(1987) dkk. Dalam kuswurj (2008) laju inersi sukrosa akan semakin besar pada
kondisi pH rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan
temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam
(pH 5).
Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui
pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk
menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah
pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl.
Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan
gula dalam sampel.
Metode ini didasarkan pada
pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali
menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat
dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan
metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk
menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion
tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi
iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan
sodium hidroksida (Rivai, 2005).
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida
kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict
menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling,
gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al
1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran
konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun
berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti
metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain).
Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi
total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk
menganalisis kadar masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK).
Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada
senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak
tahan panas.
Pengukuran karbohidrat yang
merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi
antara monosakarida dengan larutan cupper. Monosakarida akan mereduksikan CuO
dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan
larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah
Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar
penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4)
dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion
iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan
I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Underwood, 1996).
Apabila terdapat zat
oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit
asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan
banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi
dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2akan membentuk kompleks
iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu
titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik
ekivalen.
Gugus hidroksil yang
relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan fruktosa pada C-2. Sakarosa
tidak mempunyai gugus –OH bebas yang relative,karena keduanya saling terikat,
sedangkan laktosa mempunyai OH bebas atom C-1 pada gugus glukosanya, sehingga
laktosa bersifat pereduksi sedangkan sakarosa nonpereduksi. Inversi sakarosa
terjadi dalm suasana asam,gula inverse ini tidak dapat berbentuk Kristal karena
kelarutan fruktosa dan glukosa (Poedjiadi, 2007).
Alat
: - Erlenmeyer
-
Pipet volum 25 ml
-
Pendingin tegak
-
Hot plate
-
Labu ukur 250 ml
-
Pipet tetes
-
Kertas saring
-
Pipet volume 10 ml
-
Buret
-
Pipet tetes
-
Corong
Bahan
: - Sampel mi instan
- HCl 3%
- NaOH
3,25%
-
Indikator PP
-
Aquadest
- Luff
- KI 30%
- H2SO4
25%
- Tio 0,1
N
-
Indikator kanji
Cara Kerja
:
1.
Ditimbang sampel
sebanyak 3,0069 gram ke dalam erlenmeyer
2.
Ditambahkan 25
ml HCl 3 %
3.
Dididihkan
selama 1,5 jam dengan pendingin tegak
4.
Dimasukkan ke
dalam labu ukur 250 ml
5.
Dinetralkan
dengan NaOH 3,25 % (indikator PP)
6.
Dihimpitkan
hingga 250 ml
7.
Disaring, lalu
diambil filtratnya
8.
Dipipet sebanyak
10 ml (filtrat) ke dalam erlenmeyer asah
9.
Ditambahkan 25
ml Luff dan 15 ml H2O
10.
Dididihkan
selama 10 menit dengan pendingin tegak lalu didinginkan
11.
Ditambahkan KI
30% sebanyak 10 ml dan 25 ml H2SO4 25%
12.
Dititrasi dengan
tio 0,1 N terstandarisasi dengan indikator kanji
13.
Dibandingkan
terhadap blanko
engamatan :
- Bobot
sampel : 3.0051 g
- Volume
titrasi blanko : 56,30 ml
- Volume
titrasi sampel : 17,90 ml
- Normalitas
Tio : 0.0987 N
Perhitungan
:
Kesimpulan
:
Dari hasil
perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kadar karbohidrat dalam sampel
mie instan adalah 60,84 %.
Daftar Pustaka
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar